Tugas TOU Minggu ke-4
HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Berikut
ini hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi :
1.
Gangguan
Ada
dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya
dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan sematik.
a. Gangguan
Mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik. Misalnya bunyi kendaraan yang lewat
ketika pemimpin sedang berbicara dalam suatu pertemuan.
b. Gangguan
Sematik adalah bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan sematik tersaring ke dalam
pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang disampaikan komunikator
yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan salah
pengertian.
2. Kepentingan
Interest
atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi
atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan prasangka
yang ada hubungannya dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan
hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap,
perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif
terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan
dengan suatu kepentingan.
3. Motivasi
Terpendam
Motivasi
akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan, begitu juga sebaliknya.
4. Prasangka
Prasangka
atau prejudice merupakan salah satu hambatan bagi suatu kegiatan
komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi sehingga
sulit bagi komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Prasangka
mengakibatkan komunikan menjadi berfikir tidak rasional dan
berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang
terjadi.(Effendy).
Kelancaran
komunikasi mempengaruhi efisiensi kerja. Cara yang efektif agar
proses komunikasi atasan bawahan dapat berjalan dengan lancar, maka
dengan mempergunakan sistem dialogis. Komunikasi dialogis yaitu
komunikasi dua arah yang bersifat timbal balik “penyampai pesan
adalah juga penerima pesan”. Komunikasi dialogis berfungsi untuk
menghindari kecendrungan pemimpin untuk menafsirkan sendiri setiap
pesan atau instruksi yang ia berikan.
“…
dalam
dunia kerja kita mengenal komunikasi atasan-bawahan, maksudnya
komunikasi yang terjadi antara pihak atasan dan bawahannya yang dapat
berbentuk penyampaian informasi, pesan, ataupun instruksi.”
(Anoraga).
Komunikasi
dialogis memiliki banyak manfaat bagi bawahannya sendiri. Terbukanya
kesempatan bawahan dalam mengemukakan ide-ide, kritikan dan saran
yang akan memberikan kepuasan tersendiri sehingga karyawan tersebut
termotivasi dalam bekerja. Kesempatan bawahan untuk mengemukakan
pendapat tentunya akan menjadi masukan dan memperkaya pemikiran baru
bagi pimpinan.
Menurut
Pandji Anoraga, terdapat hambatan-hambatan yang dialami atasan maupun
bawahan dalam proses komunikasi dialogis.
Hambatan-hambatan
pada pihak atasan:
a. Kurangnya
kesediaan mendengarkan.
Sikap
dan tingkah laku atasan dalam mendengarkan memainkan peranan penting
bagi komunikasi dialogis yang efektif.
b. Segan
terlibat urusan pribadi.
Para
atasan umumnya segan terlibata dengan persolan bawahan yang bersifat
pribadi. Di lain pihak, bawahan sering sulit memisahkan antara
persoalan pribadi dengan persolan pekerjaan sehingga mereka sukar
membicarakan hal tersebut.
c. Prasangka.
Komunikasi
dilaogis membuat bawahan berkesempatan menyalurkan apa yang ia pendam
di hati, serta dapat melepaskan ganjalan emosional dan ketidakpuasan.
Atasan berprasangka dengan adanya komunikasi dialogis akan memperkuat
kebiasaan mengeluh dan mengkritik dari para bawahan. Semestinya
dengan keluhan dan kritikan tersebut atasan mudah menyadari dan
mengetahui kegagalan dan kekeliruan yang terjadi.
d. Sikap
bertahan.
Kita
semua cenderung mempertahankan diri dengan komunikasi dialogis,
kemungkinan kekeliruan atasan akan diketahui bawahan menjadi lebih
besar. Padahal itu tidak mengurangi kredibilitas atasan dimata
bawahannya. Bahkan bila atasan bersikap terbuka dan sportif, maka
penghargaan bawahannya akan semakin bertambah.
e. Kurang
waktu
Mendengarkan
itu memakan waktu. Banyak atasan yang tenggelam dengan kesibukan
kerjanya. Hal demikian membuat pemimpin sukar sekali menyediakan
waktu untuk diskusi. Kesulitan ini lebih terasa bagi atasan yang
berjalan sendiri, memecahkan sendiri persoalan-persoalan di unit
kerjanya, dan tidak kenal sistem diskusi dengan bawahan.
Hambatan-hambatan
pada pihak bawahan:
a. Keterbatasan
pengetahuan.
Hambatan
pengetahuan sering mempersulit komunikasi dari bawahan ke atasan.
Bagi atasan, menyampaikan gagasan dan pesan buat bawahannya tidak
sukar karena ia tentu memahami wawasan dan cara berfikir serta
persoalan-persoalan pada level bawahan yang lebih banyak menghadapi
kesulitan untuk berkomunikasi dengan atasannya, yang tidak ia ketahui
bagaimana lingkungan lingkup kerja, cara berfikir dan
persoalan-persoalnnya.
b. Prasangka
emosional.
Kebanyakan
bawahan punya sikap emosional dan prasangka. Perasaan-perasan mereka
sering bercampur aduk dengan pengamatannya terhadap
persoalan-persoalan. Sering kali dalam mengemukakan pendapatnya,
jauh-jauh hari mereka sudah siap bahwa pendapat tersebut pasti
ditolak. Akibatnaya mereka sering ragu-ragu berbicara. Kalau
pendapatnya ditolak, prasangka makin tebal. Tetapi jika pendapatnya
diterima mereka pun terkejut.
c. Perbedaan
wewenang
Komunikasi
dari atasan ke bawahan lebih mudah dibandingkan sebaliknya. Para
atasan lebih bebas untuk memanggil dan berbicara dengan bawahannya
kapan saja ia mau. Bawahan umumnya tidak punya keberanian psikologis
sebesar itu. (Anoraga).
Untuk
mengatasi hambatan-hambatan pada proses komunikasi dialogis antara
pemimpin dan karyawan, maka sorang pemimpin harus dapat menerapkan
gaya kepemimpinan yang tepat sesuai kondisi perusahaan.
Sumber Link : http://jurnalapapun.blogspot.com/2014/03/hambatan-hambatan-komunikasi-dalam.html
(Sumber
tulisan : Anoraga, Drs. Pandji, 1995. Psikologi Kepemimpinan.
Rineka Cipta, Bandung.
Effendi,.
1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti,
Bandung.)




0 Response to "Tugas TOU Minggu ke-4"
Posting Komentar